SEMARANG, WARTAGLOBAL.id -- Tokoh-tokoh muda di Jawa Tengah mulai bermunculan. Politisi muda seperti Bupati Kendal Dico Ganinduto, Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep dan Sudaryono Ketua DPD Gerindra Jateng berpeluang masuk pilihan Gubernur Jawa Tengah.
Demikian disampaikan oleh Pengamat Politik dari Departemen Politik dan Pemerintahan FISIP Undip Wahid Abdulrahman kepada wartawan, Senin (5/2/24).
Menurutnya para tokoh muda ini bisa membuat perubahan untuk Jawa Tengah melalui gagasannya.
“Saya kira itu bagus tokoh-tokoh muda ini muncul untuk menambah referensi atau alternatif-alternatif bakal calon gubernur di Jawa Tengah ya, semakin banyak artinya semakin banyak pilihan di hadapi oleh parpol. Sehingga pilihan pemilih juga beragam, tidak itu-itu saja,” kata Wahid.
Dilihat dari basis electoral dan berkaca pada pilihan gubernur tahun 2018, kemudian tahun 2013, dan 2008.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memang mendominasi. Siapapun calon dari partai ini tidak bisa di remehkan.
Kendati demikian kata dia, para politisi muda tetap berpeluang untuk masuk bursa Pilgub Jateng. Dengan waktu yang cukup hingga pilkada mendatang, mereka bisa memperkenalkan diri kepada masyarakat.
Namun hal tersebut juga tetap memperhatikan kekuatan infrastruktur partai.
"Karena para calon gubernur nantinya akan sulit untuk maju secara perseorangan atau jalur mandiri. Sehingga parpol menjadi satu-satunya cara masuk untuk bertarung," ungkapnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, bursa pilgub Jateng belum bisa diprediksi saat ini. Sebab, pesta kontestasi Pilgub baru bisa terlihat setelah pilihan presiden (pilpres) berlangsung pada 14 Februari mendatang.
“Pilpres ini tentu akan mempengaruhi konstalasi nanti di Pilgub Jawa Tengah. Misalnya berkaitan dengan koalisi partai politik, lalu kedua berkaitan dengan hasil pemberian ekstensif parpol itu sendiri,” imbuhnya.
Wahid menuturkan, jaringan dan mesin politik yang lebih terstruktur menjadi faktor penting dalam pemenangan pilgub Jateng.
Melihat pula permasalahan dan tantangan yang ada di Jateng berupa kemiskinan, ketimpangan antara wilayah Utara dan Selatan, lalu pengangguran, dan infstruktur yang belum maksimal.
“Sudah seharusnya pemimpin muda ini punya tawaran alternatif terobosan yang di mulai dari sekarang harus dipromosikan dan coba disajikan ke masyarakat pemilih Jateng. Dan ini kita belum lihat pemanasannya,” bebernya.
Ditanya terkait Dico yang telah berpengalaman menjadi pemimpin di Kabupaten Kendal. Arif mengaku ada kemungkinan tapi kecil.
“Mas Dico ini kan Golkar dan dia ada pengalaman di Kabupaten Kendal. Tapi sekali lagi kalau melihat kemungkinan hasil pileg nampaknya kecil kemungkinan untuk Golkar bisa mengusung secara mandiri tanpa koalisi. Sehingga butuh partai lain yang bisa diajak koalisi,” akunya.
Sementara Sudaryono dari Gerindra kata dia juga mempunyai peluang. Terlebih masih ada waktu hingga Pilkada ke depan untuk mendulang popularitas melalui gagasannya.
“Peluang Sudaryono cukup besar jika Partai Gerindra mendulang suara pada Pileg 2024 ini dan membawa Prabowo memenangkan Pilpres 2024. Tetapi sekali lagi dia harus meningkatkan basis elektoralnya menurut saya, nah ini mumpung masih ada waktu semestinya calon-calon seperti itu sudah mulai mempromosikan diri paling tidak dalam perspektif gagasan yang paling penting adalah popularitas,” tegasnya. (*)