Ketegangan bermula dari tuduhan yang menyebutkan bahwa Ketua BPD telah menerima dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan tambang emas Indonesia Mas Mulia (IMM) yang beroperasi di desa tersebut.
Salah satu guru setempat menyebutkan bahwa dana CSR untuk pendidikan telah disalurkan oleh Ketua BPD sebesar Rp 5 juta. Namun, pihak IMM menyatakan telah memberikan dana CSR sebanyak tiga kali.
Penjabat Kepala Desa (Pj Kades) Yaba, Nurjana Lameko, membantah mengetahui tentang pengelolaan dana tersebut. “Saya sama sekali tidak tahu-menahu soal dana CSR ini,” ungkapnya saat dikonfirmasi.
Ketua BPD dan Pj Kades sempat terlibat adu mulut di hadapan warga. Lalesckha Christiana Nita menegaskan, “Saya juga berhak mengelola dana CSR ini, jadi saya tidak terima dituduh seperti itu.” Sementara itu, Pj Kades menyayangkan sikap Ketua BPD. “Kenapa kamu tidak melibatkan saya dalam masalah ini? Seharusnya ada pemberitahuan kepada pemerintah desa,” tegasnya.
Kericuhan yang terjadi di Kantor Desa Yaba juga melibatkan anggota keluarga Ketua BPD, seperti suami, ayah, ipar, dan kakaknya, sebagaimana terlihat dalam video yang kini tersebar di masyarakat.
Warga Desa Yaba mendesak Ketua BPD untuk segera mundur dari jabatannya. “Kami menginginkan kepemimpinan yang transparan. Masalah seperti ini tidak boleh dibiarkan,” kata salah satu warga yang meminta namanya dirahasiakan.
Hingga saat ini, situasi di Desa Yaba masih belum kondusif, dan warga berharap pihak berwenang dapat segera menangani permasalahan tersebut untuk mencegah konflik yang lebih besar.
Warta Halsel