IMM Jalan Juang yang Saya Pilih, Bukan Persinggahan Sementara -->

Header Menu

IMM Jalan Juang yang Saya Pilih, Bukan Persinggahan Sementara

Admin Redaksi
Sunday, 24 August 2025




Oleh: Tendri Rudin, Kader IMM Komsariat Hukum Ummu 


Ternate, WARTAGLOBAL. COM - Keputusan saya untuk menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bukanlah disebabkan oleh dorongan atau tekanan dari teman, keluarga, atau senior. Saya juga tidak bergabung hanya untuk memenuhi eksistensi sebagai mahasiswa baru yang mencari pengakuan. Sejak awal, ketertarikan saya terhadap IMM sudah ada, bahkan sebelum saya benar-benar memahami organisasi ini. Saat itu, saya masih di SMA, dalam fase menemukan diri, ketika segalanya terasa tidak pasti namun penuh rasa ingin tahu. Dari jauh, saya melihat ada keunikan pada IMM. Bukan soal lambang, bukan tentang bendera, dan bukan pula hanya karena namanya sering terdengar. Ada makna yang lebih dalam dari sekadar keberadaan. Ada rasa kekeluargaan yang kuat, semangat persatuan yang kokoh, dan gerakan yang lembut tetapi penuh makna. IMM tidak ramai, tetapi keberadaannya sangat terasa. Mereka tidak mencari perhatian, namun selalu ada saat umat membutuhkan. Ketika saya mulai mengenalnya lebih dekat, saya baru paham bahwa IMM bukan sekadar organisasi mahasiswa; IMM adalah tempat bagi ideologi, wadah untuk berpikir dan bertindak dalam satu tarikan napas perjuangan.

Di tahun 2023, saya mengikuti Pengkaderan, yaitu Darul Arqam Dasar (DAD) di komsariat Fai, selama tiga hari dan dua malam. Setelah itu, saya berikrar untuk berkomitmen penuh menjadi bagian dari perjuangan IMM, dan resmi menjadi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Tahun ini adalah titik balik dalam hidup saya, terutama dalam cara saya melihat organisasi dan peran saya sebagai mahasiswa. Walau saya tidak ingat banyak tentang proses pendaftaran, saya jelas ingat alasan saya melakukannya. Saya sudah bosan dengan keramaian yang tanpa makna. Saya ingin terlibat dalam gerakan yang memiliki nilai, bukan sekadar program kerja. Sejak awal, IMM tidak pernah menawarkan kesan yang menggiurkan. Tidak ada bujukan, dan tidak ada paksaan. Hanya ada penegasan bahwa menjadi anggota IMM berarti siap berpikir, bergerak, dan memikul beban nilai. IMM membentuk kader yang hadir dalam sejarah, bukan hanya tercatat dalam daftar hadir.

Pemikiran dasar IMM dibangun atas tiga kompetensi: religiusitas, intelektualitas, dan humanitas. Tiga aspek ini bukan hanya sekadar slogan, namun napas yang harus menghidupkan setiap gerakan anggotanya. Religiusitas dalam IMM bukan hanya melakukan ibadah secara ritual, tetapi menjadikan Islam sebagai petunjuk dalam berpikir, bertindak, dan bersikap. Islam yang membawa pencerahan, membebaskan, serta membangun peradaban. Intelektualitas bukan hanya berkaitan dengan nilai akademis atau tumpukan buku, tetapi berani berpikir kritis, jujur menghadapi kenyataan, dan tidak menyerah pada hegemoni kebodohan. Humanitas tidak sekadar peduli terhadap orang lain, tetapi menyadari pentingnya membela yang tertindas dan terlibat dalam perjuangan untuk keadilan, walaupun mungkin seringkali membuat kita tidak disukai. IMM bukanlah tempat nyaman bagi mereka yang mencari ketenangan. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah medan yang mempertajam pikiran, keikhlasan hati, dan keberanian bertindak.

Setelah menjalani proses DAD, saya tidak berhenti di situ. Sebaliknya, dari sana, semua dimulai dengan nyata. Saya memutuskan untuk lebih serius dalam proses di Komisariat Hukum. Di tempat ini, saya tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk belajar secara sistematis, namun juga tantangan nyata yang membantu bentuk karakter saya. Di Komsarita Hukum, saya langsung belajar tentang penerapan nilai-nilai IMM dalam dinamika organisasi. Saya aktif dalam berbagai kegiatan internal dan eksternal, membahas isu-isu keummatan, turun ke jalan untuk menyuarakan hak-hak serta ketidakadilan yang dirasakan rakyat, sampai dengan memperkuat basis kader melalui pelatihan dan studi. Komsar Hukum bukan hanya sekedar tempat saya sebagai anggota, tetapi juga arena untuk mengasah pikiran, mental, dan sikap saya sebagai kader.

Kemudian, saya diberikan kepercayaan untuk menjadi Ketua Panitia Darul Arqam Dasar (DAD), sebuah kegiatan pengkaderan formal yang diadakan secara kerjasama antara Komisariat Hukum dan Komisariat FIKES. Ini merupakan tanggung jawab besar yang menguji banyak aspek dalam diri saya. Kesabaran, komunikasi, kepemimpinan, dan loyalitas pada nilai. Menggabungkan dua komisariat dengan latar belakang yang berbeda bukanlah hal yang mudah. Namun, dari pengalaman tersebut, saya menyadari bahwa IMM tidak hanya menciptakan pengikut. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah membentuk pemimpin. Bukan pemimpin yang hanya berbicara di depan, tetapi juga yang aktif bekerja di belakang. IMM mengajarkan bahwa amanah adalah lebih dari sekadar jabatan; itu adalah ruang perjuangan di mana kita diuji untuk tetap teguh di tengah tekanan, untuk tetap bergerak saat lelah, dan untuk tetap sadar di posisi pengaruh.

Pada saat itu, saya semakin menyadari bahwa IMM bukanlah tempat untuk merasa nyaman. Namun, itulah sebenarnya nilai dari IMM. Di sini, saya didorong untuk berkembang. Saya belajar untuk berbicara ketika adanya penindasan, untuk berpikir ketika orang lain hanya berfokus pada penampilan, dan untuk bertahan ketika semangat mulai memudar. Aktivisme di IMM bukan hanya seputar aksi di jalanan, tetapi tentang kesetiaan pada prinsip-prinsip di berbagai ruang kecil. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tidak melahirkan kader yang hanya mengandalkan suara keras, tetapi mereka yang menjaga integritas meskipun tidak terlihat. IMM membentuk karakter. Dan itu yang saya bawa sebagai modal untuk menghadapi realitas sosial saat ini yang penuh dengan tipu daya dan kemunafikan intelektual.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bagi saya bukanlah organisasi yang hanya saya lewati. Ini adalah jalan perjuangan. Jalan yang saya pilih dengan kesadaran. Jalan yang menantang saya untuk menjadi lebih dari sekadar mahasiswa biasa. IMM bukanlah organisasi jangka pendek, bukan kegiatan lima bulan, dan bukan sekadar kumpulan orang yang ingin sibuk. IMM adalah organisasi yang berlandaskan nilai, ideologi, dan peradaban. Di dalamnya, saya belajar untuk menjadi manusia yang berpikir kritis, beragama dengan kesadaran, dan peduli terhadap kondisi sosial di sekitar.

Saya tidak ingin menjadi kader yang sekadar mengikuti. Saya ingin menjadi kader yang meninggalkan warisan. Warisan berupa kerja, gagasan, dan nilai. Karena saya percaya, IMM bukan cuma tempat untuk berkembang, melainkan tempat yang perlu kita majukan. IMM tidak sedang menunggu kehadiran banyak orang. Di IMM, mereka yang siap untuk bekerja, berpikir, dan berjuang sedang dipanggil.

Saya tidak yakin seberapa jauh langkah saya ke depan. Namun, ada satu hal yang pasti. Saya akan tetap melangkah di jalan ini. Jalan IMM. Jalan nilai. Jalan perjuangan.

Saya berharap kepada rekan-rekan mahasiswa, terutama bagi kalian yang sedang mencari tujuan dan ingin menjadikan masa muda lebih berarti daripada hanya sekedar kuliah dan pulang. Saya mengundang kalian untuk bergabung. Di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bukanlah tempat yang nyaman, melainkan tempat yang penuh tantangan. Di sini, kalian tidak hanya diminta untuk hadir, tetapi juga dilatih untuk berpikir, didorong untuk bergerak, dan ditantang untuk berkembang. Jangan hanya puas menjadi pengamat. Jadilah bagian dari gerakan. Jadilah kader. Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih bermakna, melalui ideologi yang kuat dan aksi nyata yang berkelanjutan. IMM sedang beraksi. Mungkin, inilah saatnya kita melangkah bersama.