Generasi Muda Dalam Jeratan Captikus: Ambisi Kekuasaan Yang Meracuni Masa Depan -->

Header Menu

Generasi Muda Dalam Jeratan Captikus: Ambisi Kekuasaan Yang Meracuni Masa Depan

Admin Redaksi
Thursday, 23 October 2025

Oleh: Akmal Matahari


OPINI, Wartarepublik.com - Desa moreala, merupakan sebuah desa kecil, yang mempunyai potensi besar, dengan arus globalisasi yang terus-menerus menerpa setiap lini kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi budaya, sosial, dan pada saat ini, dijumpai dengan dilema secara etika,moral serta aspek sosial yang tak mungkin untuk diabaikan begitu saja. Karena adanya peran dari captikus sehinggah dapat mempengaruhi para generasi muda, terutama pada saat momentum yang biasanya di sebut dengan pesta demokrasi pada taraf lokal (pilkades).

Pada momentum pemilihan kepala desa atau ajang berkontestasi pada taraf politik lokal, serta lainnya, fenomena yang kian marak adalah dengan menyalahgunakan captikus minuman keras tradisional ini. Tidak hanya di komsumsi secara pribadi, melainkan captikus kerap dipergunakan menjadi sebuah alat transaksional demi mendapatkan basis serta dukungan yang banyak dalam berpolitik. Mirisnya, target utama dalam praktik ini adalah para generasi muda yang dilema secara berpikir kritis. Kemudian apa yang seharusnya menjadi party demokrasi, mala menyerupai menjadi kontestasi manipulasi yang amat sangat membahayakan masa depan generasi muda. Captikus bisa menjadi alat untuk memanipulasi masyarakat, khususnya anak muda, yang belum siap secara mental menghadapi politik transaksional.”(Manado Post, 2025).

Di Moreala, ambisi kekuasaan terhadap sebagian dari elit politik lokal. mencoba menjebak para generasi muda dengan mengomsumsi captikus (Miras).
Keinginan Kekuasaan: Birahi Dengan Transaksi Dibawah Harga:

Pada dasarnya para generasi muda mempunyai energi serta hasrat yang amat besar untuk menjulang tinggi ke atas, memimpin, berpengaruh, serta dapat mebuat peradaban baru dalam lingkungan masyarakat. Bung Karno (Presiden Soekarno) :“Beri aku sepuluh pemuda dan dengan kesepuluh pemuda itu aku akan mengguncang dunia. Dengan seratus pemuda, aku akan memindahkan Gunung Semeru.”
 
Akan tetapi sayangnnya, dalam ruang lingkup sosial yang minim mengenai dengan edukasi serta arahan, ambisi serta keinginan itu dengan mudah untuk diararahkan kepada persoalan-persoalan yang bertentangan. Captikus hanya menjadi simbol keberanian semata. Syakir Jamaludin (Anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah): “Miras tidak hanya merusak kesehatan tetapi juga dapat menghancurkan masa depan generasi muda.” Ia menekankan perlunya pendekatan edukatif, bukan sekadar larangan, untuk melindungi generasi muda dari bahaya miras.
Rantai Yang Harus Di Putuskan.

Fenomena ini tidak serta merta terjadi dalam situasi yang hampa, akan tetapi ini merupakan buah dari kolaborasi antara berbagai faktor:

• Minimnya Pendidikan, baik akademik maupun non-akademik pada tingkatan pemuda

• Minimnya lapangan pekerjaan untuk pemuda beresiko hilangnya harapan

• Ruang kreatif tidak ada, sehingga untuk memperoduksi potensi diri pemuda juga kosong

• Praktik politik menyimpang, dan mininya kesadaran politik.

Pada apa yang telah disajikan itu, jika tidak segara untuk ditindak serta diatasi, lingkaran itu akan deng terus menerus menghantam: pemuda tergeser pada masa depan yang rusak, kondisi masyarakat pun akan stagnan, karena kekuasaan di bawah kaki tangan mereka yang menindas dan tak peduli pada masa depan pemuda dan generasi.
Bagaimana untuk solusinya?

Jadi begini, pemuda itu tidak boleh dibiarkan begitu saja berjalan tanpa tau arahnya kemana. Mereka itu membutuhkan pendampingan, bimbingan, memberikan ruang yang leluasa untuk mengekspresikan potensial diri mereka. Ada beberapa langkah yang dapat kita ambil untuk mengalihkan dari hal yang kurang produktif atau negatif itu ke hal- hal yang lebih berproduktif dan lebih sehat dan positif. Diantaranya adalah:

• Meberikan pendidikan yang sedini mungkin dan berkampanye mengenai dengan kesadaran tentang miras.

• Adanya pembinaan sedini mungkin kepada pemuda yang berfokus pada kepemimpinan masa depan sebagai generasi pengganti, etika, serta peduli terhadap lingkungan dan sosial.

• Pemberdayaan sedini mungkin mengenai dengan ekonomi serta bisnis, agar kiranya pemuda tidak lagi bergantung pada jalan pintas atau di istilahkan dengan “ keadaan ini.”

• Komunikasi efektif serta lobi dari berbagai sektor, agar kiranya dapat mencetuskan ekosistem yang tumbuh berdampingan dengan pemuda pada hal yang lebih sehat dan produktif.

Captikus tidak hanya merupakan soal minuman yang memalukan. Akan tetapi ia merupakan simbol dari sebuah realitas pada lingkungan sosial yang lebih pada krisis arah kemana dan value dalam generasi pemuda itu sendiri. Jika ini dibiarkan begitu saja, maka ambisi kekuasaan yang sejatinya membawa peradaban serta perubahan malah akan menjadi racun pengancur masa depan dari pada generasi muda.

Sudah saatnya berbagai elemen bergerak terus menurus serta risau, tidak hanya menghitung kesalahan serta menyalahkan, akan tetapi menghadirkan cetusan solusi untuk mereka. Karena sesungguhnya kekuasaan sejati bukan di bangun dari kertas dan botol captikus, akan tetapi di atas karakter, berintegritas, dan gagasan kritis untuk visi masa depan.