IMM TAK SEKADAR MERAH -->

Header Menu

IMM TAK SEKADAR MERAH

Admin Redaksi
Friday, 17 October 2025

Oleh: Immawan Rifaldi Sofyan, kader IMM

OPINI, Wartarepublik.com - Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) didirikan pada tanggal 14 Maret 1964 di Yogyakarta. IMM lahir sebagai jawaban atas kebutuhan mahasiswa Muhammadiyah untuk memiliki wadah perjuangan yang tidak hanya bergerak dalam ruang akademik, tetapi juga dalam ranah ideologis dan sosial kebangsaan. IMM merupakan organisasi otonom Muhammadiyah yang fokus pada pengkaderan, dakwah, dan pengembangan keilmuan di kalangan mahasiswa.

Warna merah marun pada jas almamater IMM dikenal luas sebagai simbol semangat juang, keberanian, dan pengorbanan. Namun, IMM tak sekadar merah. Di balik warna itu, tersembunyi nilai-nilai luhur yang menjadi roh perjuangan IMM: intelektualitas, spiritualitas, dan humanitas. Tiga pilar inilah yang membedakan IMM dari sekadar organisasi mahasiswa biasa.

IMM bergerak dengan ideologi Islam berkemajuan, berpijak pada ajaran Muhammadiyah, dan berpandangan kritis terhadap realitas sosial. IMM tidak hanya aktif dalam kegiatan kampus, tetapi juga turun ke masyarakat, memperjuangkan keadilan sosial, pendidikan yang inklusif, serta pembebasan dari kemiskinan dan ketertinggalan.

Seorang kader IMM tentunya sudah barang tentu seorang yang pemberani dan menjadi tombak utama bagi masyarakat yang lemah atau masyarakat yang terpinggirkan, seorang kader IMM juga pastinya mampu menjawab tantangan zaman yang kian mendominasi masyarakat di era digitalisasi saat ini. 

IMM bukan hanya organisasi dengan simbol merah, tetapi sebuah gerakan yang mencetak mahasiswa beriman, berilmu, dan beramal untuk umat dan bangsa. Itulah mengapa IMM dikatakan “tak sekadar merah.”

Dalam setiap langkah perjuangannya, IMM senantiasa menggenggam nilai-nilai yang diajarkan oleh pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan, yang pernah berkata:

“Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”

Pesan moral dari K. H. Ahmad Dahlan ini bukan hanya sekadar slogan biasa melainkan ini menjadi pengingat abadi bagi setiap kader IMM bahwa pengabdian bukanlah alat mencari kepentingan pribadi, tetapi sebagai bentuk tanggung jawab moral untuk menghidupkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata.

Tak hanya itu Drs. Djasman Al-kindi salah satu tokoh muda muhammadiyah yang menggagas lahirnya IMM 14 maret 1964 di Yogyakarta sebagai respon terhadap kebutuhan akan organisasi mahasiswa yang berbasis ideologi islam dan berafiliasi langsung dengan muhammadiyah. Beliau juga menekan kan bahwa "IMM bukanlah organisasi cari nama, tapi organisasi perjuangan. "

Dari ketegasan ini bahwa IMM dibangun bukan sekadar untuk eksistensi, melainkan untuk berkontribusi nyata dalam perubahan sosial dan pencerdasan kehidupan umat.IMM berperan sebagai kawah candradimuka pengkaderan yang menumbuhkan jiwa kepemimpinan, intelektualitas, serta kepekaan sosial dalam diri mahasiswa. Kader IMM tidak hanya bicara di ruang kelas, tapi juga bergerak di tengah masyarakat.

IMM tak sekadar merah. Ia adalah warna perjuangan yang lahir dari semangat Islam berkemajuan. Ia menanamkan nilai, menumbuhkan pemikiran, dan menggerakkan aksi nyata. Sebagai kader IMM sudah seyogyanya mampu beradaptasi dengan tantangan zaman untuk selalu menanam jiwa penggerak di lingkungan masyarakat sebagai aksi nyata sebab IMM tak sekadar merah.