Konsep: Pendiri Bapak Pendidikan RI, Mulai Hilang dalam Jiwa Kepimpinan Negara dan Pemimpin Agama -->

Header Menu

Konsep: Pendiri Bapak Pendidikan RI, Mulai Hilang dalam Jiwa Kepimpinan Negara dan Pemimpin Agama

Admin Redaksi
Wednesday, 22 October 2025

Oleh: Asrul Madra

 


OPINI, Wartarepublik.com - Sebuah pesan terbaik dari bapak pendidikan nasional Indonesia KH. Ahmad Dahlan secara kita memahami konsep terkait dengan “Apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu baik, maka baiklah alam. Dan apabila pemimpin-pemimpin negara dan para ulama itu rusak, maka rusaklah alam (masyarakat) dan negara.” 

Seorang pemimpin negara maupun pemimpin agama bukan hanya pengatur tata kehidupan lahiriah, tetapi juga penjaga nilai moral yang akan menentukan arah perjalanan bangsa. Ketika mereka menjalankan amanah dengan jujur, adil, dan penuh tanggung jawab, rakyat akan merasakan ketenteraman serta keadilan dalam negara Indonesia.

Sebaliknya, jika para pemimpin terjerumus dalam keburukan, dampaknya akan langsung dirasakan masyarakat luas dalam bentuk ketidakadilan, kerusakan sosial, dan runtuhnya kepercayaan.

Baik-buruknya suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh rakyat semata, tetapi juga oleh teladan para pemimpinnya. Ulama dan pemimpin negara ibarat dua pilar yang menopang kehidupan bersama: 

Yang satu menjaga akhlak dan spiritualitas, yang lain mengatur kesejahteraan dan keadilan sosial. 

Jika keduanya berjalan beriringan dengan kebaikan, maka masyarakat akan berkembang dalam harmoni. Namun, jika salah satunya rusak, apalagi keduanya, maka kerusakan itu akan menular cepat, melahirkan krisis moral dan sosial yang sulit dipulihkan.

Refleksi ini terasa sangat relevan untuk kondisi bangsa sekarang. Tantangan modern berupa korupsi, krisis kepercayaan, hingga lemahnya moralitas publik adalah gambaran bagaimana kerusakan di level elite memengaruhi kehidupan rakyat. 

Karena itu, pesan KH Ahmad Dahlan bukan sekadar nasihat moral, melainkan seruan untuk memperbaiki fondasi kepemimpinan bangsa: membangun pemimpin yang berintegritas, ulama yang berwibawa, dan masyarakat yang kritis serta peduli. Hanya dengan demikian, bangsa dapat berdiri kokoh, dan “alam” yang dimaksud beliau yaitu tatanan sosial, moral, dan negara dapat tetap terjaga.