Oleh: Rifaldi Sofyan, Mahasiswa ilmu KomunikasiOPINI, Wartarepublik.com - Sekitar tahun 130 SM muncul lah sebuah peristiwa dalam kerajaan Romawi kono yang pada saat itu di pimpin oleh salah satu kaisar yang bernama julius caesar. Di bawah kepemimpinan julius caesar ia membuat satu papan informasi yang di namakan ACTA diurna di forum Romawi sekitar 130 SM, berisi catatan dan hasil persidangan dan keputusan hukum. Tak hanya itu di tahun 59 SM ACTA diurna kemudian mulai di publikasikan dengan lebih terstruktur dan di perluas kontennya.
Papan pengumuman ini berfungsi sebagai media Informasi publik harian bagi warga Romawi dan di anggap sebagai salah satu bentuk jurnalistik paling awal. Namun hal ini tak bertahan lama disebabkan berbagai macam pergolakan arus globalisasi yang kemudian mempengaruhi media cetak.
Di abad ke 21 ini berbagai macam media yang hadir sebut saja ada media digital media online dan masih banyak lagi media-media lain yang hadir hal ini menimbulkan media cetak mengalami dekadensi yang amat jauh di bandingkan media-media lain sehingga media cetak tak lagi efektif dan minim sekali di baca oleh masyarakat. Padahal secara kita ketahui bersama bahawa sejarah panjang media cetak itu awalnya dari ACTA diurna namun lagi-lagi dengan hadirnya media-media lain media cetak jarang sekali di minati oleh publik.
Degradasi Media Cetak di Maluku Utara:
Masyarakat Indonesia kini di hadapkan berbagai macam problem lebih khususnya di Maluku Utara yang kini sedang mengalami dekadensi yang amat serius Media cetak yang di pandang sebagai media pertama kali hadir kini tidak lagi di minati oleh banyak orang padahal secara historis kita tahu betul bahwa media cetak merupakan media pertama kali hadir untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Namun lagi-lagi dengan hadirnya media-media baru seperti media online, media televisi dan banyak media yang hadir di era sekaran. Hal ini menimbulkan enam aspek atau alasan mendasar yang membuat rendah minat masyarakat untuk menggunakannya. Terutama yang berkaitan dengan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku konsumen media.
Dominasi Media Digital:
Media daring (online) dan media sosial saat ini menjadi sumber informasi utama bagi sebagian besar orang, termasuk di Maluku Utara. Berita dan informasi dapat diakses dengan cepat dan gratis melalui ponsel pintar, sehingga mengurangi kebutuhan untuk membeli atau membaca media cetak.
Aksesibilitas dan Kecepatan: Berita di media cetak tidak bisa secepat media daring dalam menyajikan informasi terkini. Bagi masyarakat yang membutuhkan berita cepat, media daring menjadi pilihan yang lebih unggul.
Minimnya Lipuran lokal yang Mendalam:
Beberapa kritikus di Maluku Utara menyoroti kurangnya media, baik cetak maupun online, yang secara konsisten mengangkat isu-isu budaya dan pembangunan daerah secara mendalam. Hal ini bisa membuat media cetak kurang relevan bagi masyarakat yang mencari berita lokal yang terperinci.
Keterbatasan distribusi: Dibandingkan dengan media digital, distribusi media cetak membutuhkan lebih banyak waktu dan biaya, terutama di daerah-daerah yang aksesnya sulit. Hal ini dapat memengaruhi ketersediaan media cetak di berbagai wilayah Maluku Utara.
Penurunan minat baca media cetak di Maluku Utara. Hal ini dapat di sebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya kebiasaan membaca sejak kecil dan kurangnya akses terhadap bahan bacaan yang menarik.
Kombinasi dari faktor-faktor ini telah menyebabkan pergeseran signifikan dalam kebiasaan konsumsi media di Maluku Utara, seperti halnya di berbagai daerah lain. Masyarakat lebih memilih media digital yang lebih cepat, mudah diakses, dan sering kali gratis.
Perlu di garis bawahi bahwa meskipun banyak persaingan media yang semakin banyak hingga media cetak atau surat kabar mengalami kemunduran namun apakah surat kabar masih relevansi di Maluku Utara? Pertanyaan sederhana ini perlu kita telusuri lebih dalam bahwa tentunya surat kabar masih relevan di Maluku Utara, secara realitas tentunya kita ketahui bahwa tidak semuanya masyarakat Maluku Utara menggunakan media online hanya saja masyarakat Maluku Utara tidak menggunakan media cetak itu sendiri, sehingga surat kabar atau media cetak itu mengalami degradasi.
Meskipun persaingan dengan media digital semakin ketat, Keberadaan media cetak dan daring yang terdaftar menunjukkan adanya kebutuhan informasi yang terus berlanjut di Indonesia lebih khususnya di Maluku Utara. Namun, relevansi surat kabar juga bergantung pada kemampuannya untuk terus beradaptasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat di era digital, terutama terkait isu-isu lokal dan nasional.
.png)