Sumpah Pemuda: Dalam Bingkai Filsafat dan Ekstensi Bangsa -->

Header Menu

Sumpah Pemuda: Dalam Bingkai Filsafat dan Ekstensi Bangsa

Admin Redaksi
Thursday, 30 October 2025

Oleh: Sahib Munawar S.Pd,I.M.,Pd, Sekian tiada gading yang tak retak semoga bermanfaat.

OPINI, Wartarepublik.com - Soekarno, menilai Sumpah Pemuda sebagai momentum ketika manusia Indonesia menyadari adanya sebagai bangsa yang satu. Dan Ini adalah bentuk kesadaran Ontologis.

yakni pemahaman bahwa eksistensi Indonesia bukan sekadar kumpulan suku dan daerah, melainkan satu tubuh yang hidup dalam semangat persatuan menuju Kemajuan. 

Dalam pandangan filsafat kontemporer, peran pemuda dalam spirit Sumpah Pemuda hari ini tidak lagi hanya dimaknai sebagai perjuangan fisik dan persatuan wilayah, melainkan sebagai reinterpretasi terhadap tantangan modern yang kompleks. Semangat Sumpah Pemuda perlu diadaptasi dan diwujudkan melalui kesadaran kritis, keterlibatan aktif, dan penciptaan identitas yang inklusif di era globalisasi. 

Dalam Pandangan Jacques Derrida Bahwa:

Dekonstruksi Nasionalisme: Pemuda masa kini tidak lagi menerima nasionalisme sebagai dogma yang kaku. Mereka menafsirkan ulang konsep "satu nusa, satu bangsa, satu bahasa" dengan pemahaman yang lebih inklusif dan terbuka terhadap identitas-identitas lain, seperti identitas global, kesukuan, atau komunitas digitalisasi.

Jacques Derrida filsuf Perancis menawarkan sudut pandang yang lebih kritis, terutama bagi kalangan anak muda, Alih-alih menerima nasionalisme sebagai konsep yang solid dan tunggal, dekonstruksi mengajak untuk membongkar asumsi asumsi yang tersembunyi dibalik itu. Dekonstruksi tidak bermaksud merusak atau meniadakan spirit dari sumpah pemuda, melainkan untuk mengungkapkan kompleksitas dan kontradiksi dalam teks itu sendiri. 

Membongkar oposisi biner dalam nasionalisme, nasionalisme yang cenderung logosentris sering kali mengutamakan persatuan dan keseragaman. Sumpah pemuda dengan kalimat" Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa " Berisiko nihilikan identitas identitas lokal didalamnya. 

Identitas lokal dalam konteks Sumpah Pemuda sebagai bagian yang tak terpisahkan dari identitas nasional, dimana keberagaman lokal dilebur dan diikat oleh semangat persatuan, tanpa harus menghilangkan jati diri asal daerah masing-masing, sebagaimana dahulu para pemuda yang hadir pada Kongres Pemuda II berasal dari berbagai organisasi daerah, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, dan Jong Batak Bond yang merepresentasikan identitas lokal mereka. 
 
Anak muda diajak untuk tidak menerima begitu saja dengan gagasan keseragaman adalah satu-satunya jalan menuju persatuan, tapi diajak untuk menyadari bahwa identitas bangsa bukan suatu yang tunggal, melainkan gabungan dari perbagagi identitas yang berbeda. 

Boleh dibilang bahwa: Derrida melihat sumpah pemuda sebagai sebuah teks yang tidak muncul dari kebenaran yang abadi, melainkan dari konstruksi historis yang di produksi oleh sekumpulan pemuda pada tahun 1928. Dan bukan makna yang final bagi anak muda, dalam pengertian bahwa: sumpah pemuda bukanlah sesuatu yang statis atau final.

Nasionalisme adalah konsep yang terus berubah sesuai dengan perubahan zaman dan perlu kiranya didefinisikan ulang dengan seiringnya zaman. Anak muda memiliki kebebasan untuk terus menafsirkan dan memberi makna baru pada nasionalisme Indonesia sesuai dengan konteks sosial dan problematika yang dihadapi saat ini: seperti ketidakadilan, perampasan ruang hidup, pelanggaran HAM, eksploitasi tambang dll. 

Sumpah pemuda lahir dari perjuangan untuk melawan penjajahan diatas muka bumi ini. Rasa cinta tanah air tidak harus ditunjukkan melalui upacara atau berupa hafalan, melaikan melalui tindakan nyata yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa. 

Sumpah pemuda secara dekonstruktif dengan menjadi warga negara yang kritis yaitu" dengan menggunakan teknologi sebagai alat bantu moral, untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan melawan hoax, mencintai budaya dan kearifan lokal, berkarya serta berinovasi untuk memajukan bangsa, dari pada hanya berfokus pada simbol simbol patriotisme.

Dalam Filsafat manusia" Manusia tidak hanya dipahami sebagai entitas biologis, tetapi sebagai makhluk dengan kesadaran akan keberadaannya, maka kesadaran akan hal itu, para pemuda 1928 meninggalkan batas etnis, bahasa dan kepentingan daerah untuk membangun satu kesatuan moral. 

Sumpah Pemuda pada hakikatnya, bukan sekadar sumpah politik, melainkan ikrar di hadapan sejarah dan Tuhan, sebuah perjanjian yang dilandasi niat suci dan tanggung jawab moral. 

Ikrar yang suci dalam sumpah pemuda 1928 harus dijaga, agar tidak dinodai oleh generasi muda saat ini, yang semangat mulai terkikis dengan kepentingan masing-masing. Sumpah pemuda yang menjadi harapan bangsa untuk generasi muda saat ini malah dijadikan sebagai momen sejarah, sumpah pemuda yang didalamnya terdapat komitmen berbangsa satu ( bangsa Indonesia) , bertanah air (tanah air Indonesia), berbahasa satu ( berbahasa Indonesia) hal yang sangat dikhawatirkan bagi anak muda saat ini adalah kepentingan masing-masing, seperti kepentingan hidup, politik, sosial dll. Ironinya ada yang meneriakkan, saya Pancasila NKRI, nasionalisme harga mati, tapi itu adalah slogan kosong yang endingnya hanya kepentingan, klompok dan etnis semata, mereka harus mengali semangat persatuan dan harus dijiwai dalam hati sanubarinya, maka dalam hal ini Bung Hatta pernah menginginkan bahwa.

Sumpah Pemuda adalah pernyataan tekad generasi muda Indonesia untuk bersatu dan berjuang mencapai kemerdekaan" Jadi kemerdekaan itu secara kolektif bukan secara personal atau kelompok tertentu yang penuh kepentingan. 

Spirit Sumpah Pemuda perlu ditafsirkan kembali bukan sekadar sebagai simbol historis, tetapi sebagai pedoman moral yang membimbing generasi muda agar tetap teguh di tengah perubahan zaman.

Pemuda adalah harapan untuk perubahan, sebuah perubahan tidak akan terjadi tanpa revolusi, maka ini menjadi tanggungjawab anak muda saat ini, untuk menjaga dan mewarisi semangat persatuan bangsa dan tanah air Indonesia. Hal ini didorong dengan semangat ayat ayat perubahan 

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib ( Keadaan) pada suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri(QS. Ar-Ra‘d: 11)