Oleh: Tendri Rudin
OPINI, Wartarepublik.com - Indonesia negara yang sedang sakit. bukan kekurangan sumber daya, Namun banyak penghianatan yang diwariskan sebagai bentuk kebenaran. demam oleh kepalsuan, sesak karena perebutan kekuasaan, semua itu kita diajari diam sebagai bentuk kesopanan.
cinta sejati tidak hanya diam ketika melihat cintanya pelan-pelan di khianati. untuk itu biarkan saya menulis surat cinta.
bukan yang manis, tapi menampar. Kita dipaksa Bangga, namun tak Sejahtera diajari bahagia pada penghianatan
Hutan dihancurkan, tanah digusur, laut di lelang.
rakyat dipenjara, diusir, adat diabaikan. katanya demi kemajuan. Tetapi kemajuan itu tak pernah sampai ke rakyat kecil. Indonesia menderita bukan karena miskin, tapi karena keserakahan dilegalkan dan dikawal oleh hukum.
kita mengkritik kebijakan yang tak sesui dengan pri kemanusia dan pri keadilan itu dianggap teroris padahal langka inilah bentuk cinta paling jujur. mengatakan ada yang salah sebelum semuanya benar-benar runtuh.
Mahasiswa dijinakkan lewat seminar, aktivis dikerdilkan lewat jabatan. Kritik dianggap ekstrem, perlawanan dianggap keliru, dan diam diberi penghargaan.
Padahal bangsa ini lahir dengan dara pembantaian, keberanian, perlawanan, bukan dari kepatuhan. Kita tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang yang berani berkata Cukup.
Pemilu dilaksanakan begitu cantik, namun rakyat hanya dibutuhkan lima menit di bilik suara, dan akan Kembali jadi penonton di negara sendiri.
Undang-undang dirancang di balik pintu tertutup, suara-suara rakyat dibalas dengan gas air mata, dan pemimpin lebih sibuk menjual sensasi daripada menyuarakan keadilan.
inikah yang disebut demokrasi? Atau hanya drama korea yang silih berganti tapi naskahnya selalu sama?
tulisan ini bukan untuk kepentingan siapa pun.
Karena cinta sejati tidak selalu terdengar manis,
Terkadang cinta itu harus berkata "Aku kecewa, tapi aku tidak akan pernah menyerah.
Negara ini masih bisa sembuh. Tapi bukan dengan pujian palsu, bukan dengan janji manis. Ia butuh keberanian. Butuh orang-orang yang masih berani marah, berani peduli, dan berani melawan bukan karena benci tapi karena terlalu cinta untuk membiarkannya mati perlahan.
dan jika surat cinta ini terasa menyakitkan, mungkin karena kita terlalu lama terbiasa dibohongi dengan kata-kata manis. seperti obat untuk penyakit kronis, dan obatnya itu sakit. tapi menyembuhkan.