Oleh: Akmal Matahari
OPINI, Wartarepublik.com - Koentjaraningrat (1974) Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang luar biasa, yang tercermin dalam adat istiadat, bahasa, kesenian, dan sistem kepercayaan setiap daerah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang amat sangat kaya dengan berbagai keanekaragaman budaya, Mengapa?
Karena hal ini tentu disebabkan oleh berbagai suku bangsa, yang di mana pada setiap suku bangsa mempunyai perbedaan serta keunikan di antaranya. Baik pada aspek bahasa daerahnya, pada adat istiadat, maupun pada kebiasaan-kebiasaan.
Dibahwa kolong langit Indonesia Timur, Maluku Utara juga merupakan salah satu provinsi yang kaya akan seni serta budayanya. Maluku Utara juga merupakan daerah yang terkenal dengan keberagaman pada kesenian tradisional yang telah diwariskan oleh para leluhur.
Maluku Utara tumbuh subur dengan berbagai keragaman budayanya salah satunya adalah Tarian Cakalele, tarian ini merupakan tarian perang tradisional Maluku Utara yang digunakan untuk perayaan adat, maupun menyambut tamu.
Hembusan Nafas dari Para Leluhur:
Cakalele merupakan tarian tradisional perang dari Maluku, Maluku Utara serta beberapa daerah yang ada di Maluku Tengah. Tarian cakalele ini pada mulanya ini merupakan bagian dari pada ritual adat serta upacara penyembuhan, terkhususnya kepada tamu-tamu kehormatan sang raja dan bahkan ketika memperingati peristiwa yang bersejarah, akan tetapi lebih dari pada sekedar aktraksi kebudayaan. Cakalele merupakan simbol yang melekat yaitu identitas, keberanian, martabat dari bangsa Maluku. Tarian tradisional adalah jati diri dan roh dari sebuah kebudayaan. Bandem, I. M., & deBoer, F. E. (1995)
Suara tifa yang nyaring, menggetarkan jiwa. Langkah kaki yang dihentakkan ke tanah. Udara penuh dengan Sorak, semangat jiwa yang membara, terlihat amat begitu tajam parang kayu yang di gunakan dibawah kolong langit Maluku Utara. Dibalik pakaian dan parang yang begitu terlihat mencolok, sang penari cakalele kembali menghidupkan jejak daripada leluhurnya.
Setiap langkah yang begitu indah dalam jiwa yang amat sakral serta cinta yang tak pernah pudar di tanah para Kapita. Bukan hanya sekedar tarian pedang, akan tetapi cakalele merupakan panggilan yang bergemuruh pada jiwa, Perlawanan. Cakalele mengakar jauh sebelum sejarah ditulis dengan pena asing.
Pada setiap gerakan ayunan parang, hentakan kaki, merupakan simbol yang mempunyai itikad dan mengisyaratkan bahwa kami ada, kami kuat , kami tidak takut, dan kami tak dilupakan. Pada Namaku ini tidak tercatat dalam lembaran-lembaran sejarah, akan tetapi pada darah dan daging serta tulang ini mengalir deras tarian cakalele.
Cakalele merupakan hasil nyata dari budaya, suatu budaya bukan hanya sekedar warisan semata dari leluhur, akan tetapi merupakan suatu kekuatan identitas yang melekat dan terus menurus harus dijaga dan dihidupkan sepanjang zaman.
Cakalel jiwaku:
Sejak masa kecilku, ayahku selalu bercerita tentang tarian cakalele sehingga saya pun bertanya-tanya apa itu tarian cakalele? Dengan pemikiran yang belum cukup saya pun berhenti berpikir tentang cakalele, akan tetapi tubuhku selalu bergetar ketika mendengar bunyi tifa yang di bunyikan oleh ayah saya, baik di rumah, di kebun ayah selalu melakukannya untuk menyuruh saya menari.
Kemudian saya mulai melakukannya seraya diajarkan oleh ayah bagaimana memegang salawaku dan parang dan bagaimana menghentakan kaki ke tanah, sambil di dampingi dan dipandu kemudian pelan-pelan sayapun akhirnya bisa melakukan tarian perang itu. Ketika lambat laun saya melakukannya seperti sudah ada magnet yang menarik saya sehingga saya tidak bisa mendengarkan hentukan tifa dan gong. Ketika mendengar itu seakan-akan badan dan kaki serta tangan saya mengajak saya untuk menari, jiwa membara semangat yang membakar.
.png)