Opini: Cinta Kami Tidak Bersalah -->

Header Menu

Opini: Cinta Kami Tidak Bersalah

Admin Redaksi
Friday, 21 November 2025

Penulis: Akmal Matahari

Wartarepublik.com - Cinta merupakan anugerah yang diberikan tuhan kepada setiap umat manusia. Ia lahir pada qalbu siapa saja, dimana, kapan, tanpa adanya diintervensi dari regulasi sosial atau sekat yang dibentuk oleh manusia. Tapi sayang, betapa banyak cinta justru dipersoalkan keberadaannya karena menganggap ketidak sesuaian terhadap pandangan dilingkungan sekitar mereka. 

Ini bukanlah sesuatu yang baru, pada saat dua insan terjerat asmara, dunia ini seakan-akan mempunyai hak progratif untuk menghakimi hubungan mereka. Perkataan, larangan, cibiran, bahkan pada taraf penghakiman moral kerap sekali muncul tanpa mempertimbangkan perasaan dua insan yang sedang memperjuangkan asmara mereka.

Meskipun begitu, cinta yang lahir di hati paling tulus tak akan bisa menghancurkan siapa pun. Ia bahkan mampu mendewasakan, menguatkan, dan menghadirkan alasan untuk terus melangkah ke arah yang lebih baik. Apabila cinta itu tidak merusak kehidupan orang lain, mengapa harus disalahkan?

Banyak hubungan terhenti alasannya bukan karena cinta mereka yang lemah, akan tetapi karena beragam tekanan sosial yang terlalu kuat. Berbeda status, berbeda budaya, semuanya dijadikan alasan untuk menghalangi dua hati yang hanya ingin bahagia mengarungi bahtera rumahtangga. Seakan-akan kehidupan ini wajib mengikuti standarisasi orang banyak, bukan pada suara hati sendiri.
Mencoba untuk menegaskan apa yang kemudian terjadi dalam kehidupan asmara aka dan dian. Beberapa tahun telah berlalu namun terasa hampa, cinta yang disekat oleh keluarga terhadap sejarah masa lalu yang begitu tragis. 

Mengapa pilihan hidup seseorang harus dibatasi oleh penilaian orang lain? Mengapa perasaan manusia harus tunduk pada aturan yang kadang tidak lagi relevan?

Cinta Kami tidak bersalah. Yang bersalah adalah perbuatan mereka yang kelam, bukan kami yang hari ini saling berbagi rasa asmara. Kemudian pandangan sempit yang memaksa untuk harus sama dalam hubungan .

Yang bersalah adalah sikap menghakimi yang tidak mengerti apa yang kami rasakan. Yang bersalah adalah hati yang tertutup dari memahami keberagaman dalam mencinta.

Bila mana cinta mengajarkan untuk saling menghormati sesama, saling menjaga, dan saling menguatkan, maka cinta itu layak dan pantas untuk diperjuangkan. Tidak ada yang berhak untuk mengintervensi serta mencabut kebahagiaan seseorang hanya karena merasa diri lebih paling benar dalam jatuh cinta. Saya sadar bahwa walaupun bersandarkan pada empirisme, namun saya percaya setiap orang mempunyai jalan cerita kehidupan asmara masing-masing. 

Dan pada akhirnya, setiap insan manusia mempunyai hak atas hidupnya sendiri. Hak untuk memilih siapa yang ia cintai. Hak untuk membangun masa depan sesuai dengan keyakinan hati. Dan hak untuk memperjuangkan kebahagiaan meski dunia tidak selalu setuju.

Karena cinta yang sejati tidak pernah bersalah. Yang salah hanyalah mereka yang tidak mau melihat dengan hati.