ORGANISASI SEBAGAI LABORATORIUM KEPEMIMPINAN -->

Header Menu

ORGANISASI SEBAGAI LABORATORIUM KEPEMIMPINAN

Admin Redaksi
Friday, 21 November 2025

Oleh: M. Gadri Sanaba
OPINI, Wartarepublik.com - Dalam realita kehidupan modern ini, sering kali mempertemukan kita dengan persoalan krisis kepemimpinan. Hal ini semakin menyadarkan kita bahwa menjadi pemimpin bukan hanya berbicara tentang siapa yang bergelar panjang dan siapa yang berkuasa atau memiliki saham yang besar. akan tetapi kepemimpinan yang hakikat ialah yang lahir dari proses, pengalaman, dan pembelajaran tekun sehingga dapat menjadikan seseorang mempunyai kemampuan dalam menghadapi tantangan nyata. Mirisnya, pada era sekarang ini semangat kaum intelektual dalam melibatkan diri terhadap proses kepemimpinan semakin menurun, padahal telah muncul ruang-ruang organisasi yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam menggali potensi kepemimpinan yang telah dititipkan Tuhan kepada setiap individu.

Organisasi memiliki berbagai bentuk mulai dari organisasi kemahasiswaan, organisasi kampung-kampung (OKK), hingga komunitas professional secara keseluruhan semuanya mempunyai tujuan yang positif termasuk memberikan ruang belajar bagi tiap individu untuk bersikap dalam bertindak, mengambil Keputusan, serta menghadapi konflik dan pertanggungjawaban amanah yang telah dipikul. Dalam pada itu, ada fakta yang menarik dan perlu disadari bahwa sejauh ini tidak ada buku yang cukup nyata untuk mengajarkan kepada seseorang bagaimana memimpin rapat, menyelesaikan pertikaian anggota dalam lembaga atau instansi, membutat Keputusan strategis di tengah kesulitan dan keterbatasan, kecuali semua itu dapat ditempuh melalui proses dan pengalaman berorganisasi.

Realita tersebut dapat kita ketahui berdasarkan peran beberapa tokoh besar yang memulai Langkah kepemimpinan mereka dari berorganisasi. Seperti, Bung Karno yang mengasah potensi kepemimpinannya lewat organisasi Jong Java, Muhammad Natsir mengembangkan wawasan kepemimpinannya melalui pemuda Islam, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh besar lainnya yang terbukti memulai proses kepemiminannya melalui organisasi. Maka suatu kebutaan yang cukup memprihatinkan jika seorang pemimpin yang diangkat tidak pernah merasakan proses dan pembelajaran kepemimpinan, inilah yang akan terjadi pada konteks kehidupan kita saat ini, rakyat menjerit berkeluh kehilangan hak-haknya, kebekuan Pembangunan infrastuktur, janji-janji manis politik tidak mampu direaliasikan, seakan figur kepemimpinan hanya sebatas ajang siapa yang paling banyak gentayangan di media sosial dalam berbagai akun. Teringat sabda Rasulullah: “apabila sesuatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”.

Olehnya itu, peran organisasi sangat urgen dalam membentuk karakter kepemimpinan seperti adanya rasa peduli terhadap tanggung jawab yang diembankan seperti dalam menyukseskan sebuah kegiatan dalam hal administrasi, konsolidasi, komunikasi, interaksi, dan negosiasi, serta mampu menjalankan program organisasi dalam rangka mewujudkan visi misi organisasi. Dengan demikian organisasi dapat dimanfaatkan sebagai sebuah laboratorium yang nyata yakni tempat dimana teori kepemimpinan diuji secara langsung melalui praktik dilapangan. Namun, organisasi sebagai laboratorium kepemimpinan saat ini dapat dikatakan tidak lagi mencapai fungsinya secara otomatis. Sebab, ada beberapa tantangan zaman modern yang beranggapan organisasi hanya sebuah formalitas perkumpulan, banyak individu-individu yang bersikap acuh dengan urgensi organisasi, belum lagi adanya intervensi budaya politik, dan bersikap matrialis. Dengan demikian proses pembentukan karakter kepemimpin tidak lagi dihargai sebagai suatu hal yang mulia dan urgen bagi setiap individu. 

Maka dari itu, penting bagi setiap individu untuk memanfaatkan peluang dan tawaran berorganisasi dengan bergabung dan aktif dalam menjalankan peran-peran sebagai anggota atau pengurus dalam suatu organisasi yang tidak hanya sekedar menambah pengalaman berkelompok atau membangun jaringan, akan tetapi tentang mempersiapkan diri menjadi pemimpin sejati yang berintegritas, visioner, peduli, dan siap menghadapi tantangan pada masa-masa yang akan datang. Inilah hakikat organisasi sebagai laboratorium kepemimpinan yang efektif, karena dalam laboratorium itulah sebuah eksperimen akan dimulai yang artinya kesalahan dapat berfungsi sebagai guru dan tanggung jawab menjadi pembentuk karakter, dan kepedulian menjadi bagian dari sebuah prinsip kepemimpinan.